Selasa, 28 Juni 2011

Fenomena aktivis sebagai public figur



Hidup Mahasiswa!!!
Sudah semestinya tatkala peserta didik dari jenjang dasar naik kejenjang menengah, jenjang atas masih akrab dengan sebutan siswa, tentu akhirnya jikalau ada kemauan, kemampuan, kesempatan maka akan masuk kedunia pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu diperguruan tinggi menjadi seorang mahasiswa. Menyandang status mahasiswa tentunya menjadi nilai tambah tersendiri bagi semua orang yang benar-benar mengerti akan pentingnya pendidikan bagi dirinya, hanya saja status mahasiswa tentu tidak serta merta akan merubah paradigma (cara pandang) dalam berbagai hal termasuk menjadi agen of change , agent of social control, and Iron stock. Hal inilah yang tentunya harus disadari oleh seluruh mahasiswa bahwa dalam kehidupannya tidak hanya berbuat yang berguna untuk dirinya sendiri akan tetapi tentunya akan berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungannya. Oleh karenanya maka dalam dunia civitas akademika akan muncul kaum yang aktif, kritis, kreatif dan tentunya bertanggungjawab untuk dapat menjadi motor penggerak perjuangan demi menegakkan kebenaran dan keadilan, dimana sangat dibutuhkan. Berbicara mengenai aktivis mahasiswa, apakah sama dengan mahasiswa aktif? Tentunya akan muncul berbagai jawaban yang tentunya sangat beragam, termasuk kesan ataupun cap yang diberikan. Dikalangan mahasiswa yang merasa menyandang status sebagai aktivis tentu tidak akan begitu mempermasalahkan apapun status yang mereka sandang, selama apa yang mereka perbuat adalah untuk memperjuangkan hak-hak kaum tertindas, kaum lemah demi kemaslahatan(kebaikan). Selain menjadi motor penggerak perjuangan, juga sebagai suri tauladan (contoh) bagi generasi masanya dan selanjutnya. Sebagai suri tauladan yang baik sungguh sangat berat, alias bukan pekerjaan yang mudah kawan, namun apapun alasannya sebagai seorang public figure diantara mahasiswa-mahasiswa yang lain tentunya sangat dibutuhkan. Dari hal-hal terkecil, seperti pergaulan, penampilan, tutur kata dsb. Nah banyak kita jumpai mahasiswa yang menjadi public figure justru memberikan kesan yang kurang baik, bahkan terkesan begitu mencolok, pergaulan begitu bebasnya (merasa karena sudah dewasa), intensitas pergaulan antara mahasiswa-mahasiswi tanpa tedeng aling-aling alias terang-terangan (belum ada ikatan resmi”nikah”), kemana-mana sudah selayak pasutri, bahkan busana yang dikenakannyapun sudah senada (sama), maka disini tentu akan timbul pertanyaan, apakah selayaknya jika melakukan hal demikian? Sungguh ironi memang, namun itulah kawan, kenyataan yang harus kita dapati diera sekarang ini, sungguh….. kemanakah rasa malu, masih adakah rasa tidak nyaman jika itu terus kita jumpai pada kawan-kawan? Ketika kita lantang meneriakkan kebenaran, meneriakkan kritikan pedas pada orang lain akan tetapi dibalik itu kita lupa menengok, menoleh bahwa diri kita juga masih perlu di reformasi, intropeksi. Bagaikan menelan buah simalakama, berbuat baik saja masih akan selalu dapat kritikan apalagi berbuat yang kurang baik bahkan tidak baik. Sehingga 2 hal yang selayaknya menjadi pegangan :
1. Motor penggerak
2. Suri tauladan
Senantiasa control diri, dalam kehidupan sehari-hari, mengawal kebijakan-kebijakan yang memihak kaum tertindas, kaum lemah, menjadi motivator, suri tauladan bagi mahasiswa lain bahkan mahasiswa diluar kampus sampai masyarakat pada umumnya akan citra sebagai seorang mahasiswa akan senantiasa terjaga nama baiknya, bahkan nama baik almamater yang disandangnya. Memang tidak mudah kawan, akan tetapi selagi ada kemauan, kemampuan tentu disamping itu akan ada jalan yang terbaik. Seperti kata bijak mengatakan “melakukan sesuatu yang baik itu lebih baik daripada mengucapkan sesuatu yang terbaik”(Jose). Maka dari itulah mari bersama saling ingat mengingatkan ,dipundak kitalah masa depan negeri ini akan diembankan. Sebagai generasi penerus bangsa yang besar ini tentunya senantiasa berbenah dan menyiapkan diri sebaik mungkin untuk menjadi generasi penerus yang dapat menjadi suri tauladan yang baik untuk generasi-generasi selanjutnya. Tanggap akan isu-isu yang berkembang, jangan gegabah menghadapi berbagai isu dan gejolak yang timbul. Lakukanlah dengan niatan baik, tulus dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan amanah yang diemban. Jika ada hal yang mudah untuk diselesaikan jangan malah dipersulit, mahasiswa bukan untuk menentukan benar dan salahnya akan tetapi mencari kebenaran yang seharusnya didapat, dengan tetap dilakukan secara baik. Mahasiswa jangan hanya diam, jangan hanya mampu membesar-besarkan rasa iri, permusuhan akan tetapi dituntut juga untuk saling control, adanya “asah, asih, asuh”. Gunakan akal fikiran yang jernih dalam mensikapi berbagai masalah yang timbul. “hati boleh panas tapi fikiran tetap dingin(jernih)”.